PT KONTAK PERKASA FUTURES | Dolar menuju gain bulanan terbesarnya sejak September dan yen menuju penurunan tertajam dalam hampir satu tahun pada hari Rabu (31/1), karena para pedagang menunggu keputusan suku bunga AS untuk mengakhiri bulan Januari.
Dolar telah menguat 2% terhadap sejumlah mata uang utama bulan ini karena pasar mengurangi ekspektasinya terhadap kecepatan dan skala penurunan suku bunga di tengah data ekonomi AS yang kuat serta penolakan dari para gubernur bank sentral.
Sementara itu, di Jepang, pertumbuhan upah yang lemah dan menurunnya inflasi menumpulkan ekspektasi kenaikan,yang menyebabkan yen melemah lebih dari 4% terhadap dolar pada bulan Januari, penurunan terbesar sejak Februari 2023.
Dolar stabil di $1,0844 per euro dan sedikit melemah di 147,23 yen di awal hari Asia, dengan ringkasan yang menunjukkan diskusi untuk mengakhiri suku bunga negatif pada pertemuan Bank of Japan bulan Januari membantu mendukung yen.
Indeks dolar terakhir berada di 103,36 dan sterling berada di $1,2698.
Nantinya, Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga AS tetap stabil, namun pemangkasan besar-besaran dilakukan dengan menghilangkan bahasa yang mengindikasikan pihaknya mempertimbangkan kenaikan lebih lanjut.
Suku bunga berjangka memperkirakan sekitar 43% peluang penurunan suku bunga The Fed di bulan Maret, turun dari 73% di awal tahun.
Menjelang pertemuan The Fed, survei PMI akan dilakukan di Tiongkok dan angka inflasi Eropa juga diperkirakan akan dirilis. Inflasi Australia sedikit di bawah perkiraan ekonom, yang memperkuat spekulasi bahwa bank sentral akan melakukan kenaikan suku bunga.
Aussie tergelincir 0,2% menjadi $0,6588. Dolar Selandia Baru stabil di $0,6133.
Ekspektasi penurunan suku bunga di Tiongkok telah mendorong reli yang kuat di pasar obligasi bulan ini sementara yuan telah tertekan oleh pelarian dari pasar ekuitas Tiongkok yang sedang runtuh.
Mata uang Tiongkok stabil di 7,1887 dalam perdagangan luar negeri pada hari Rabu, turun 0,9% pada bulan tersebut. PT KONTAK PERKASA FUTURES
Sumber: Reuters
